Hari 10 : 6 April 2013
Jakarta
Rumah tampak sepi saat kami tiba, hanya Pinky, anjing Maltesse kami, yang dengan riang gembira menggoyang-goyangkan ekornya menyambut kami. Mami sedang pergi menjemput anak-anak les dengan supir.
Di meja makan sudah tersedia rebusan daun sirsak. Bertrand segera meminumnya. Tante Kiet (Adik mama mertua ) mengirim banyak daun sirsak beberapa hari yang lalu. Mami sudah merebus daun sirsak itu dari pagi. Pokoknya air daun sirsak sudah siap begitu Bertrand pulang, begitu bunyi pesan BBM dari Mami tadi pagi.
BB saya berkedip kedip. Ternyata dari Lucia, ia menanyakan apakah saya sudah di rumah. Saya pun segera menjawabnya. Sedetik kemudian terdengar ring tone OST Candy-Candy bernyanyi riang. Pasti dari Lucia.
Lucia : "Ros…"
Rosi : “ Apa? "
Lucia : "Gua ama Jane ke rumah lu ya. Cabut yuk, makan."
Rosi : "Gua dah makan. Mau di rumah aja Ah. Lagian belum ketemu anak-anak, nih."
Lucia : "Mau sorean aja? Apa gua ama Jane ke rumah lu aja deh, ngobrol doang."
Rosi : "Nggak usah ah...nggak mood Lus...puyeng gua mikirin si Bertrand."
Lucia : "Gimana dia sekarang?"
Rosi : "Dia sih biasa aja, paling masih batuk-batuk sama kalau malem tenggorokannya kayak keluar suara. Gua takut Lus, itu hasil PET Scan gimana?"
Lucia : "Ros, gua kasih tau pahit aja ya. Itu PET Scan kan emang jelek. Pet Scan biasanya emang akurat. Intinya emang ada "barang". Hasilnya apa tinggal nunggu biopsi. Lu harus kuat. Doa terus jangan lupa."
Rosi : "Kayaknya lu nelepon gua bukannya jadi tenang, malah jadi makin galau. Nggak suka ati deh, ah."
Lucia : "Yeee, ya udah gua jalan ama Jane ke sana."
Rosi : "Ih ngotot, ogah ah. Nggak mau ketemu siapa-siapa. Mo merenung dulu." (Sambil ketawa-ketawa)
Lusi : "Banyak gaya, ya udah. Ntar hasilnya apa kasih tau gua cepetan ya. Nggak tenang nih gua. Byeee..."
Tak lama kemudian anak-anak pulang. Saya peluk dan cium mereka satu-satu. Sudah enam hari tidak ketemu mereka, kangennya setengah mati. Anak-anak pun berteriak kesenangan ketemu kami.
Patricia : "Mami, waktu Mami pergi, Pat berdoa lho."
Rosi : "O ya, doanya bagaimana? "
Patricia : "Petris doa supaya Papi cepat sembuh. Sekarang Papi udah sembuh kan, Mami?"
Rosi : "Iya, Papi sudah sembuh. Nanti Senin, Papi sama Mami pergi lagi ke Singapore ya, mau ketemu dokter. Cuma sebentar koq, Selasa udah pulang."
Patricia : " Iya Mami, Darren dan Fermi juga berdoa. Ema Bandung yang suruh kita doa."
Saya menangis dalam hati mendengarnya, sungguh benar-benar terharu. Kami sekeluarga memang rajin ke gereja setiap Minggu. Tapi untuk doa pribadi, anak-anak tidak terbiasa. Saya juga lalai mengajarkan mereka untuk disiplin berdoa setiap hari. Akan saya buat doa malam bersama menjadi rutinitas kami setiap hari.
Sore harinya saya mengobrol ringan sama mami. Mami sempat menegur melihat badanku yang sangat kurus. Tadi setiba di rumah saya sempat menimbang. Hasilnya 46.8 kg, sedangkan biasanya 49.5 kg.
Mami : "Aduh Rosi...kamu kurus amat ? Apa nggak makan disana ? Kalau kamu sakit nanti gimana?"
Rosi : "Iya Mam, nggak makan. Nggak ada yang enak, lagian lagi diet juga." (Saya jawab asal-asalan )
Mami : " Bohong sama Mami. Terus itu mata kenapa turun gitu? Nggak tidur pasti."
Rosi : ( Pura-pura nggak dengar Mami ngomong )
Hasil PET Scan tidak saya ceritakan, saya tidak mau membuat Mami khawatir. Saya cerita ketemu dengan Bu Ata, Sonya dan Deasy. Saya cerita tentang Sonya yang terbebas dari kanker indung telur. Saya juga cerita tentang Ko Herdi yang sembuh kanker paru stadium 3. Teringat ko Herdi, saya jadi tergerak untuk menghubungi Ci Siska.
Mami : "Aduh Rosi...kamu kurus amat ? Apa nggak makan disana ? Kalau kamu sakit nanti gimana?"
Rosi : "Iya Mam, nggak makan. Nggak ada yang enak, lagian lagi diet juga." (Saya jawab asal-asalan )
Mami : " Bohong sama Mami. Terus itu mata kenapa turun gitu? Nggak tidur pasti."
Rosi : ( Pura-pura nggak dengar Mami ngomong )
Hasil PET Scan tidak saya ceritakan, saya tidak mau membuat Mami khawatir. Saya cerita ketemu dengan Bu Ata, Sonya dan Deasy. Saya cerita tentang Sonya yang terbebas dari kanker indung telur. Saya juga cerita tentang Ko Herdi yang sembuh kanker paru stadium 3. Teringat ko Herdi, saya jadi tergerak untuk menghubungi Ci Siska.
Ci Siska menerima telepon saya dengan hangat. Mereka sudah pulang ke Jakarta pada hari Kamis dan akan balik lagi ke Singapore menunggu kabar dari dokter. Saya cerita bahwa Bertrand baru minum air rebusan sirsak mengikuti jejak ko Ferdi. Saya pun menyambungkan Bertrand agar mengobrol dengan Ko Ferdi. Bertrand dan Ko Ferdi pun mengobrol dan tukeran pin Bb. Mereka berjanji akan terus keep in touch mengabari kondisi masing-masing.
Sore harinya Mama menelepon, mengajak kami makan malam bersama di rumah Mama. Dengan berat hati kami menolak karena Bertrand dan saya rasanya sangat lelah. Kepingin stay di rumah saja dan menghabiskan waktu dengan anak-anak. Untungnya Mama bisa memakluminya.
Malam-malam sebelum tidur, saya curhat dengan Riris. Riris adalah suster Fermi. Dia bekerja dengan kami sejak Februari 2007. Sempat cuti 2 tahun karena melahirkan. Suaminya pergi meninggalkan dia ketika dia hamil tua. Ketika anaknya sudah bisa ditinggal, Riris kembali bekerja di rumah kami untuk menghidupi orangtua dan anaknya di kampung.
Riris : "Sabar Bu, ini ujian dari Gusti Alloh. Saya sih yakin seyakin-yakinnya Bapak pasti sembuh. Wong udah ke dokter sama dikasih obat. Masa nggak ada perbaikan. Kalo di kampung, baru pusing, ini itu susah."
Rosi : "Doain Bapak sembuh ya. Tiap malem kamu, Watni, sama si Fitri doa barengan."
Riris : " Iya, iya...dari kemaren juga di doain. Itu Bu Lusi anter jemput, ibu-ibu ditempat les juga pada kaget denger Bapak sakit. Pada doain."
Rosi : "Kamu cerita-cerita ya? Gosip aja, nggak usah cerita-cerita ama oranglah kalo ada apa-apa."
Riris : "Ih, Ibu mah nuduh saya. Yang cerita itu si Darren. Darren bilang ama Bu Lusi ama orang-orang juga. Papi lagi sakit, lagi pergi ke Singapore...gitu ngomongnya, Bu."
Rosi : "Haiyaa...ya sudahlah. Nggak enak aja saya kalo banyak yang tahu. Ngerepotin takutnya. Belom ntar pada nanya, saya bingung jawabnya."
Riris : "Iya Bu..."
Saat berbaring di ranjang, saya memikirkan perjalanan selama di Singapore. Saat berangkat dengan perasaan kacau sekacau-kacaunya, kini pulang kembali ke Indonesia dengan hati tenang. Pergi dengan beban yang teramat sangat berat, kini beban terasa sudah terangkat sedikit. Saya serahkan semua pada Tuhan. Doa pribadi saya isinya kini berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Dahulu saya selalu berteriak, minta kesembuhan, sekarang saya hanya minta yang terbaik. Saya minta kekuatan untuk bisa menerima apa pun hasilnya.
Malam ini saya tidur cepat karena besok pagi harus siap-siap menghadiri lamaran Aldo. Ah, tidur di ranjang sendiri memang enak rasanya. Benar kata orang-orang, seempuk-empuknya ranjang di hotel, tetap lebih enak ranjang sendiri. Pak hansip hari ini tidak terdengar memukul tiang listrik. Malam mingguan kali ya ? Atau saya yang terlalu lelap hehehe
Pinky
Rosiana & Patricia
(Anyer - Maret 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar