Rabu, 09 April 2014

PENUTUP


Kisah kesaksian

            Proses penulisan kesaksian saya ini akhirnya tuntas pada tanggal 10 Maret 2014. Hm, lama juga ya, hampir setahun. Hampir putus asa rasanya menulis blog ini. Dan saya pun terpaksa merubah rencana awal membuat buku menjadi blog.
            Perubahan itu  karena banyak pertimbangan. Pertama, mem-publish buku ternyata jauh dari mudah. Saya harus menghubungi percetakan dan butuh modal yang tidak sedikit untuk mencetak, promosi, dan mendistribusikan buku saya ke toko-toko buku.
          Kedua,  bila ingin menerbitkan ke publisher, langkahnya jelas lebih rumit. Saya harus men-print out tulisan ini dan mengirimkannya ke penerbit. Setelah itu saya harus menunggu proses seleksi yang tidak sebentar dan tentu saja dengan risiko tidak lolos seleksi.
            Saya sempat berkonsultasi dengan Sis Maqdalene Kawotjo (Pengkotbah, hamba Tuhan yang luar biasa. Buku-buku, DVD, CD sudah banyak dibuatnya) mengenai pembuatan tulisan ini. Menurut Sis Maq, saya harus kembali ke tujuan semula penulisan ini.
                                  
                                                   Rosi dan Maqdalene Kawotjo

            Setelah berpikir, merenung dan membawanya dalam doa, maka saya memutuskan bahwa blog adalah sarana yang paling tepat. Dengan blog, semua orang tanpa memandang agama, ras atau embel-embel apa pun dapat membacanya. Saya hanya ingin menceritakan perjalanan iman saya. Saya ingin orang-orang merasa terberkati dengan tulisan saya dan pokok utamanya adalah memberI kesaksian bahwa TUHAN itu sangat baik.
          Ada saat-saat saya juga merasa tidak percaya diri. Gimana kalau blog ini jelek? Bagaimana kalau ada yang menghina? Bagaimana kalau sudah publish ternyata tidak ada yang baca? Waktu saya menceritakan ketakutan ini pada Sis Selvy (mentor saya), dia menasehati saya, "Sis Rosi jangan takut. Pembuatan blog ini kan nazar Sis pada Tuhan. Sudah sampai sejauh ini, bahkan Samsung yang sempat hilang bisa kembali, itu semua Tuhan yang turun tangan. Kalau dipikir secara logika, kita akan susah mempercayainya. Satu hal yang harus Sis Rosi pegang, Tuhan tidak akan mempermalukan anak-anakNya. Imani saja Sis dan terus maju." 
            Bagaimana caranya bikin blog? Saya juga nggak tau. Saya tanya sama teman-teman, mereka bilang gampang, tinggal buka website blogspot atau wordpress saja, tulis apa yg mau ditulis dan publish. Entah mengapa, saya belum juga mencoba buka website-website tersebut. Toh masih ada waktu sampai 28 Maret...tenang saja pikirku, semua pasti beres. Dan... keanehan pun terjadi.

Christina Odilia Tirta
            Setiap saya buka phonebook di BB dan tekan lambang kaca pembesar (search) akan keluar dua buah nama. Christina dan Aming HP. Kalau nomer Aming memang contact saya dari dahulu, termasuk speed dial malahan. Kalau Christina ini saya bingung. Christina yang mana? Banyak teman saya yang namanya Christina. Kalau saya tekan nama Christina, tidak ada nomer ponselnya, hanya link ke Facebook.
           

                              Tampilan layar BB saya ketika menekan search phonebook
            
            Oh, Christina yang itu? Christina Odilia Tirta. Saya ingat kami pernah satu SMP tapi tidak pernah sekelas. Saat menginjak bangku SMA, saya melanjutkan ke ST. Aloysius sedangkan Christina tetap di SMA Trinitas. Kami berjumpa lagi sewaktu mau masuk UNPAR. Saya jurusan Akuntansi (kampus Merdeka) dan Christina jurusan Administrasi Niaga (kampus Cimbuleuit).
            Selama SMP hingga kuliah, saya tidak pernah dekat atau pun hang out bareng. Satu hal yang saya ingat dari Christina adalah dia sangat baik dan manis. Tahu dari mana baik kalau nggak pernah dekat maupun hang out bareng? Hayo, kalian pasti nanya begitu.
            Ceritanya begini, waktu awal masuk kuliah, kami mahasiswi jurusan Ekonomi, entah kenapa,  diwajibkan mengenakan rok selama 2 minggu (Atau sebulan ya? Lupa euy). Pada jaman itu (tahun 1994), kami umumnya malas pakai rok. Kemana-mana pakai celana jins. Beli rok sih males banget, apalagi kemana-mana suka naek angkot. Ah, ribet banget. Belum lagi kalau ada angin, bisa berkibarlah rok kami.
            Nah, Christina ini, entah mengapa, mempunya stok beberapa rok. Saya mengantar dua teman baik ke rumah Christina untuk meminjam rok. Di sana saya juga dikasih pinjam tiga buah rok. Dua panjang dan satu super mini. Di saat itu saya pun tahu, Christina ini anak baik karena mau meminjamkan rok pada saya yang tidak bersahabat dekat dan anak manis karena mau pakai rok.
         Singkat kata, saya ingat terus dengan Christina ini dan saya tanya pin BB-nya lewat Facebook. Setelah mengobrol via BBM,  entah mengapa, saya menceritakan mengenai kisah pembuatan kesaksian ini. Christina meminta saya mengirimkan email kisah ini. Kisah 12 Hari Perjalanan Iman ini hanya saya email-kan pada ibu Ata, Sonya, Deasy dan Ci Siska untuk cross-check. Saya takut ada kesalahan cerita, kata atau apa pun yang tidak berkenan bagi mereka. Saya juga mengirim email pada Sis Selvy karena pembuatan kisah ini merupakan salah satu setting goal saya selama setahun ini.
            Email pun saya kirim pada Christina. Saya juga heran kenapa saya mau mengirimkan email padanya. Padahal Lany sudah beberapa kali meminta kisah ini namun saya enggan mengirimkannya. Ternyata semua ini juga campur tangan Tuhan. Christina ternyata seorang penulis. Beberapa novelnya pernah diterbitkan dan dijual di toko-toko buku termasuk di Gramedia.  Christina berbaik hati mau membantu mengedit kisah ini dan membuat blog. Puji Tuhan, saya sudah takut bahasa saya kurang enak dibaca. Thanks banyak banget-banget ya, Christina.
            Lalu bagaimana dengan orang-orang yang namanya tercantum di kisah ini?

Bertrand Henry Wangsanegara
             Bertrand bahagia sekali mendengar penyakitnya ternyata hanyalah bekas virus TBC. Bagi orang lain, penyakit TBC adalah  penyakit yang menakutkan. Bagi Bertrand, penyakit  TBC adalah anugerah. Untung bukan kanker, lagian ini hanya bekas virus TBC. 
             Sepulang dari Singapore, Bertrand memaksa saya dan anak-anak untuk ke dokter dan ronsen paru-paru. Dia takut sekali kalau kami ada yang terkena TBC. Puji Tuhan, saya dan anak-anak semua bersih.
            Bertrand kembali ronsen paru di Singapore pada bulan Mei, September dan Desember 2013. Pada pemeriksaan terakhir Desember 2013, hasil ronsen Bertrand dinyatakan bersih. Sudah tidak ada benjolan pada kedua paru-paru. Bertrand akan menjalani check up ulang pada Desember 2014.



                              Bertrand di klinik Prof. Dr. Philip Eng (Desember 2013)

Patricia, Darren dan Fermi
           Mami sangat menyayangi  kalian bahkan sebelum kalian semua dilahirkan. Semoga kalian menjadi anak yang pintar, selalu sehat dan ceria, teguh beriman dan  jauh dari segala yang jahat. Papi dan mami tidak bisa menjaga kalian selama-lamanya.
           Kalau kalian sudah dewasa nanti, kalian baca ya blog Mami ini. Yang harus kalian ingat, apa pun yang terjadi dalam kehidupan kalian, tetaplah percaya bahwa semua rencana Tuhan adalah baik. Jadi kalian akan baik-baik saja. Bila sampai menemui saat saat sulit, buka blog Mami bab 8 dan 9. Wajib buka Alkitab dalam segala situasi. Kalau nggak tahu ayat mana yang sesuai, you can ask Google to find out.



Ibu Natalia Pabisa, Sonya dan Deasy
                     Sampai saat ini saya masih terus keep in touch dengan mereka. Mereka adalah orang-orang yang luar biasa, terutama dalam imannya pada Tuhan.
                 Bu Ata seringnya berdomisili di Belanda, kadang berada di negara-negara lain untuk permuridan dan pelayanan. Beberapa bulan sekali terkadang pulang ke Indonesia. Saya sangat senang bila bisa bertemu dengan beliau. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya dapatkan dari beliau. Saya juga dituntun untuk selalu berpegang pada firman dalam segala macam situasi.
               Kesaksian Bu Ata dapat dilihat di YouTube dengan kata kunci Suka Cita (In Indonesia) by Natalia Pabisa. Total ada 7  part, kesaksian yang seru sekali.
             Sonya dan Deasy tinggal di Palu. Sesekali kami mengobrol melalui BBM. Kalau Sonya ke Sentul, saya pasti meluangkan waktu untuk bertemu dengannya. 
           Deasy sempat bertemu dengan saya di Singapore pada bulan Mei 2013. Dia juga diwajibkan ronsen paru-paru dan hasilnya semua bagus. Deasy akan ke Sentul dan bertemu kembali dengan saya pada akhir April 2014 ini. 





                                                     Rosi dan bu Natalia Pabisa - Sentul 2014

Ko Herdi dan Ci Siska
                 Hasil PET Scan Ko Herdi ternyata jelek. Penyakit kanker yang sudah sempat hilang ternyata muncul kembali. Pada pertengahan tahun 2013, Ko Herdi menjalani operasi untuk membuang salah satu paru-parunya. 
             15 Oktober 2013 : Sudah dua hari Ko Herdi masuk rumah sakit karena kondisi badannya yang drop dan sesak napas. Ketika Ci Siska hendak pulang dari rumah sakit, Ci Siska sempat berpesan agar Ko Herdi berdoa apabila terasa sakit atau pun sesak napas. Semalaman itu Ci Siska gelisah dan tidak bisa tidur sehingga meminta bantuan seorang temannya untuk membantu mendoakannya. Ci Siska pun berdoa pribadi agar semua yang terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan karena kehendaknya.
            Pada tanggal 16 Oktober 2013, Ko Herdi meninggal di rumah sakit dengan posisi tangan terlipat sedang berdoa. Bertrand dan saya berduka. Kami juga menyesal karena telat mengetahui Ko Herdi sudah meninggal sehingga tidak dapat memberi penghormatan terakhir. Bertrand mengetahuinya dari status BB Ko Herdi.
                                                          
                                                                           Ko Herdi
            
Nenek dan Aisah 
            Bagaimana dengan neneknya Aisah? Ah, kami tidak pernah berhubungan lagi. Saya menyesal tidak meminta nomer teleponnya. Sampai kapan juga, saya akan ingat kisah Aisah. Semoga kamu sekarang sehat dan ceria ya, Nak.

Om Bandung, Cici dan Koh
            Saya juga tidak punya nomer contact mereka. Semoga Om Bandung sehat dari kanker ususnya, Cici sembuh dari tumor di payudaranya dan Koh semakin sabar mendampingi istrinya yang sakit kanker selama 7 tahun ini.

Papa dan Mama
           The best parents in law. Papa, walaupun sudah hampir 79 tahun, masih sehat. Masih hobi bekerja, beli buku-buku berbau tekhnik dan masih sangat perhatian pada keluarga. Mama, seperti biasa, selalu ceria, optimis dalam hidup dan masih hobi jalan-jalan walaupun terkadang pegal kakinya.

                                                                                  Alaska 2011

Papi dan Mami
         Papi dan Mami masih tetap stay di Bandung, tetap tinggal di rumah tempat kelahiran saya.  Papi dan Mami sehari-hari beraktivitas di lingkungan gereja dan arisan. Papi masih suka dengar lagu-lagu jaman dahulu seperti Elvis Presley. Sifat beliau ceria dan suka bercerita. Mami masih suka melow. (Sekarang saya semakin yakin sifat saya gabungan dari mereka berdua)

                                 
                                                              Belanda 2012

Ci Prissy dan Lany
            Ci Prissy masih sibuk berkutat dengan tiga jagoannya di Bogor. Sehari-hari kesibukannya adalah mengurus book rental, bikin kue, merawat anak dan sibuk dari satu rapat ke rapat lainnya di gereja. Heran deh, hobi banget rapat dari dulu :D. Cici belum baca blog ini semua, baru bagian depan karena koneksi internet  di daerahnya kurang bagus.
                      Lany sehari-hari bekerja di Bandung dan mengurus kedua anak perempuannya yang cantik-cantik dan susah makan. Persis seperti maminya waktu kecil. Heran, makan aja susah. Lany paling nggak sabar menunggu blog ini, hampir setiap hari dia BBM saya dan bilang  mau nangis atau sudah nangis saat membaca blog ini. 
                      I love you my sisters...


Ko Alva, Cing, Currie, Michel-Ruby, Christina, Ko Jhonson - Ci Ribkah
Saudara-saudara iparku dan para sepupu yang baik dan sangat perhatian terutama pada saat Bertrand sakit. Semoga kita semakin kompak dan makin sering jalan-jalan bareng. 
                                            
                                                 Garden by the Bay - Juni 2013
                       Akhirnya saya kembali kesini. Hari ini semua berwarna cerah dimataku

 Jane dan Lucia (In alphabetical order again)
             Tidak ada yang berubah dari mereka berdua. Jane masih sibuk dengan ketiga anaknya dan segala perabot kebersihan rumah. Jane ibu rumah tangga yang baik, dia sangat telaten mengurus anak, memasak dan mengurus rumah. Walau bala bantuan (asisten rumah tangga) banyak, dia tidak pernah lepas tangan. Penampilan masih langsing, trendy dan cantik.
                   Lain Jane, lain Lucia. Lucia yang cantik  masih tetap kalem, fashionable, dan tetap available 24 hours. Hatinya sangat lembut, gampang menangis dan penolong. Saya ingat pada saat papa Jane meninggal, Lucia yang menangis tersedu-sedu sedangkan Jane diam dengan tegar. Jane sempat berkomentar saat itu, kalau ada teman papanya yang datang melayat, pasti Lucia yang disangka anak beliau.

                                   

                                         @ kedai kopi yang hampir berumur satu abad

Helena
Kalau  tahun lalu, dia yang teriak-teriak supaya group De Elite berdoa tiap jam 10 malam sampai menyuruh teman-teman untuk menidurkan anaknya atau menyusui anaknya terlebih dahulu. Maka tahun ini, Helen yang akan menyusui anaknya. Helen sedang hamil anak ketiga. Kehamilan yang tak disangka-sangkanya. Congrats Helen...don't worry to much, masih kece abis koq.
                                       
                                              Helena dan Alex- our best friend

Pastur Darman, Romo Yoseph dan Ooh Vera
Terima kasih atas doanya. Semoga semakin tekun dan setia dalam pelayanannya.
                                                   RD Andreas Sudarman
                                     
                                       Rumah Doa dan Retret Karmel - Bedugul, Bali

                                        
   Adik papiku, Fransisca Vera Hardja                                    

Prof. Dr. Philip Eng dan Dr. Wim Lambey
Beliau-beliau masih berpraktek dengan lokasi sama seperti tahun lalu. Prof di Mount Elizabeth lanti 14-14 dan Dr. Wim Lambey di RS Graha Kedoya dan apotek Trisakti-Grogol.

Aming dan Herry
Tidak ada juga yang berubah dengan mereka. Aming tetap tenang dan Hery tetap ceria. 
                                

Mey, Ardhie dan Rieka
Mereka masih satu kantor denganku. Prestasi mereka masih mengagumkan seperti tahun lalu. Penghargaan pun diperoleh pada saat acara Annual Ray White yang diselenggarakan bulan Maret 2014. Kami masih sering makan bersama dan kadang berkaraoke. (Kalau Rieka punya voucher discount karaoke)

                                 

   Kiri      : Aming, Ardhie, Mey, Lina
   Kanan : Emilia, Rosi, Rieka


Mas H dan Mbak D
Sejak peristiwa pengembalian Samsung di Taman Anggrek, kami tidak pernah berhubungan lagi. 

Samsung
           Samsung lama yang sempat hilang, masih saya gunakan hingga sekarang untuk menulis bab penutup ini. Saya sudah berjanji akan menjaganya sampai kapan juga, tidak akan tertinggal lagi
          Samsung Tab 3-7" yang baru  saya beli, saya jual pada Lany dan covernya saya berikan gratis. Komentarnya di Facebook yang mengatakan bahwa saya memaksanya membeli adalah tidak benar. Saya hanya menyarankan agar dia membeli Samsung ini dengan harga yang saya beli dan dapat cover gratis. Lany beli karena dia mau main games. Sayangnya, game yang dia suka (entah apa namanya), tidak ada atau tidak bisa di download di Play Store. 

Pak Hansip
Kadang kalau saya tidur larut, saya masih mendengar pukulannya pada tiang listrik.

Pinky
Sekarang Pinky sudah tidak sendirian lagi. Bertrand membeli anak anjing jenis Yorkshire pada Juni 2013. Namanya Astor karena berwarna hitam dan coklat seperti kue Astor.


Rosiana Susanta
            Pada bulan September 2013, saya bergabung menjadi murid di Kingdom Community Centre (KCC) di bawah pimpinan Magdalene Kawotjo. Saya diajak bergabung oleh Bu Ata, Sonya dan Deasy. Bu Ata menjabat sebagai international training director dan Sonya merupakan facilitator KCC Palu.
            Pada awalnya saya bergabung dengan KCC karena merasa tidak enak hati menolak ajakan beliau-beliau itu. Akhirnya, karena iseng, ya sudah deh saya coba aja. Setiap Sabtu wajib menghadiri permuridan di Sentul. Jauhnya, ya Tuhan. Dibutuhkan waktu sejam untuk berangkat dan 2 jam perjalanan pulang. Namun setelah melewati pertemuan ketiga, pergi permuridan tidak dirasakan sebagai kewajiban lagi. Tapi seakan ada rasa haus ingin ke sana. Seperti mendapat santapan rohani yang bila saya abaikan, ada rasa kosong dalam diri saya.
            Di KCC saya harus tunduk dan taat sebagai murid. Harus terus menerus menyangkal diri dan memikul salib. Roh-roh sombong, iri hati, dendam, penggosip, kepo dan sebagainya harus terus menerus dikerat agar berbuah menjadi roh rendah hati, pengampun, murah hati dll.
            Sulitnya jangan ditanya. Hingga detik ini pun saya masih jauh dari sempurna. Tapi saya akan terus berusaha sampai mencapai garis akhir dengan sempurna.

"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus ( Filipi 3 : 13-14 ) "

sehingga pada suatu saat nanti, ketika Tuhan memanggilku, saya bisa berkata sesuai dengan firman :

" Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. ( 2 Timotius 4:7 ) "

                                                          

Tamat


Selasa, 08 April 2014

Hari 12 : 8 April 2013

Hari 12 : 8 April 2013

         Pesawat Garuda landing dengan mulus di Changi Airport. Udara masih terasa dingin ketika kami masuk taxi menuju Mount Elizabeth Hospital. Sepanjang perjalanan kami banyak diam. Entah apa yang tengah berkecamuk dalam benak Papa, Mama dan Bertrand selain kekhawatiran. Saya sendiri sudah pasrah, biarlah semua Tuhan yang atur.
           "Ya Tuhan, kalau boleh saya minta, jangan sampai Bertrand kanker. Saya percaya, imani dan yakin Tuhan telah mengurapi Bertrand. Jangan ada sesi kemoterapi, jangan biarkan kami berlama-lama berobat di Singapore ya, Tuhan. Kasihanilah kami, kasihanilah anak-anak saya. Mereka masih kecil, belum bisa saya tinggal kalau saya harus dampingi Bertrand. Kalau boleh, minum obat saja ya Tuhan. Selama ini tidak ada satu doa pun yang tak Kaujawab dan tak Kau kabulkan, dan saya percaya doa saya ini akan Kau kabulkan. Terima kasih Tuhan," pinta saya dalam hati.
            Sesampai di klinik Prof, seperti biasa kami dipersilakan menunggu. Dalam ruangan profesor sudah ada pasien sedang konsultasi. Perasaan saya saat itu sudah benar-benar hambar. Tidak ada rasa takut dan khawatir. Saya seperti tengah berdiri diam di lorong panjang yang tak kelihatan ujungnya. Mau melangkah namun nggak tau ada apa  yang menyongsong di depan sana. Nggak melangkah pun, ya sudahlah.
            Selama menunggu akhirnya saya putuskan untuk membaca Doa Mujizat dan Salam Maria, berulang-ulang. Tiba-tiba BB saya berbunyi. Ternyata Aming yang menanyakan keadaan Bertrand. Saya pun menjawab singkat bahwa belum ketahuan hasilnya karena masih menunggu dipanggil Prof. Saya juga bilang bahwa saya sudah pasrah sekarang, tidak tahu harus bagaimana lagi.
             Aming membalas dengan ayat Maz 23. Segera saya buka aplikasi Alkitab di Tab dan Maz 23 berbunyi:
            "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya."
            Baru saja selesai membaca Mazmur, suara Ms. Felice terdengar memanggil Bertrand. Tergopoh - gopoh kami berempat menyerbu masuk ruangan.
            Profesor menatap kami dengan muka yang sangat serius dari balik mejanya. Dia pun berdiri dan mengambil kursi kemudian meletakkannya di samping meja dan menunjuk Bertrand sambil berkata, "You, sit here."
            "And you, Mam...sit here.” Ia menyuruh saya duduk di kursi tepat di depan mejanya.
            Jantung saya rasanya jatuh ke perut. Waduh, kenapa Prof mukanya nggak ada senyum. Serius benar. Jangan-jangan hasilnya gawat. Keringat dingin langsung mengucur membasahi punggung saya. Saya mencoba melempar senyum pada Prof, dia melihat saya tapi tidak membalas senyum saya. Jiaaah...lemaslah rasanya kaki saya. Saking gugupnya, tak sadar saya peluk erat-erat tas di pangkuan saya.
            Prof lalu berteriak menyuruh asistennya mengambil kursi untuk Papa dan Mama. Papa di samping saya dan Mama duduk di belakang antara Papa dan saya. Setelah kami duduk tenang di posisi masing-masing, Prof mulai berbicara:
Prof                  : "Mr. Bertrand, bagaimana keadaannya sekarang?"
Bertrand         : "Baik-baik aja Prof. Apa hasil biopsi sudah keluar?"
Prof               : "Sudah, sudah. Kalau waktu itu biopsi hari Rabu, dari hari Sabtu juga hasil sudah keluar. Karena ganti jadwal, hasil baru saya dapat pagi ini."
Rosi                 : (Buruan nape sih? Orang udah penasaran juga. Pake bahas-bahas jadwal yang sudah lewat segala.)
Prof                  : "Oke, sekarang kita bahas mengenai hasil biopsi ya. Hasil biopsi ini sudah paling akurat untuk melihat benjolan itu apa.  Kalau  dari ronsen, test darah atau PET Scan bisa salah."
Rosi                 : (Buu...ruu..aaaannn !!!. Saya lihat Bertrand, Papa, dan Mama mukanya tegang semua.)
Prof                  : "It's not cancer."
Rosi                 : "Hah? Apa ? Bukan kanker? Dok...beneran bukan?"
            Saat itu, dada saya terasa lega sekali. Batu besar terangkat. Saya cium pipi Papa dan Mama. Saya sudah tak peduli Bertrand sakit apa, pokoknya apa pun asal bukan kanker. O iya, dokter belum jelasin sakitnya apa. Jadi Bertrand sakit apa ya?
Bertrand           : "Jadi saya sakit apa?"
Prof                  : "It's miracle. Kamu harus terima kasih sama Tuhan. Benjolan ini bekas TBC. Jadi kamu dahulu pernah terkena TBC tetapi karena antibodi badan kamu kuat, kuman-kuman TBC itu dilingkupi oleh antibodi. Nah itu yang terlihat benjolan. Dari hasil biopsi semua bisa dibaca, bukan kanker, bukan jamur, just BEKAS TBC. Bisa jadi terkenanya beberapa bulan lalu atau tahun lalu karena benjolannya sudah besar."
Bertrand           : "Koq saya bisa terkena TBC. Saya kan nggak ngerokok."
Prof             : "Kuman TBC ada dimana-mana. Begitu tubuh lemah, dia bisa masuk. Pemerintah Singapore sangat konsen dengan TBC. Apabila ada yang terkena TBC, namanya dicatat dan dilaporkan kepada negara. Bila penderita TBC tidak datang pada jadwal kunjungan maka akan diberi surat panggilan. Bila surat panggilan diabaikan, maka pasien akan dijemput supaya datang berobat. Indonesia termasuk 3 negara penderita TBC terbanyak."
Prof                  : "Ok, untuk obat-obatan akan saya beri resepnya. Obat hanya diminum sekali sehari sebelum makan pagi. Obat diminum selama 6 bulan tanpa putus, hanya pengurangan dosis saja. Bulan depan Mr. Bertrand kembali ke sini, ronsen paru untuk melihat perkembangannya. Congratulation."
Bertrand           : "Terima kasih banyak, Prof." (sambil berjabat tangan )
Rosi               : "Terima kasih ya Prof. Terima kasih banyak. Saya lega sekali dengarnya. Dokter hari ini ganteng sekali. Sungguh, saya nggak bohong."
Prof                     : (tertawa terbahak-bahak ) "Ya...ya...Mam bisa tidur nyenyak ya sekarang."
            Penuh suka cita, kami pun keluar dari ruangan Prof. Sambil menunggu resep obat dibuat, saya tak henti-henti berdoa mengucapkan syukur. Tuhan begitu baik, doa saya dikabulkanNya. Hanya minum obat sekali sehari. Ketakutan kami harus menghadapi sesi-sesi kemoterapi hilang sudah.
            Mengingat keluarga yang pasti khawatir menunggu kabar, maka saya putuskan untuk menelepon Cing dan memberi kabar bahwa penyakit Bertrand hanya dikarenakan oleh bekas virus TBC.
            Kelegaan terdengar dari suaranya. Cing bertanya, "Artinya nggak usah nyusul ke Sing kan?" Saya heran mendengar hal itu. Rupanya Mama menyuruh Ko Alva, Cing dan Currie stand by, kalau-kalau sesuatu buruk terjadi, mereka siap berangkat ke Singapore.
            Saya broadcast semua orang di contact BB dengan tergesa-gesa, saya tulis :
"Terima kasih atas Tuhan Yesus dan terkabulnya 3 Novena Salam Maria. Benjolan di paru suami saya bukan kanker. Terima kasih pada seluruh kel. Wangsanegara, kel. Hadimuljo, kel. Susanta, kel. Ray White CBD S. Parman, ibu Natalia Pabisa, Sonya, kak Desy, Ladies group, Ooh Vera Hardja, Pastur Yoseph, Pastur Darman dan semua teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih."
            "Puji Tuhan, selamat atas kesembuhan Bertrand."
            "Alhamdulillah."                                                                                    
            "Wah...lega bener dengernya. Congrat ya."
            "Sebarkan hal ini pada banyak orang agar kemulian Tuhan nyata."
            "Horeeeee....buruan balik, jangan lupa makan-makan."
           "Lu sih keterlaluan Ros, nggak cerita-cerita ada kejadian gini. Dah nggak anggep temen baik apa?"
            "Haaah ? Emang Bertrand kenapa ? Koq gua nggak tau apa-apa? Minggu lalu masih ketemu kan?"
            Begitu bunyi pesan BBM dari saudara dan teman-teman. BB berbunyi terus menerus, mengucapkan pujian pada Tuhan dan selamat atas ketiadaannya kanker pada Bertrand.
          Kami keluar Mount Elizabeth dengan penuh suka cita. Pada saat menunggu lampu merah untuk menyeberang ke arah hotel York untuk check in,  saya menatap langit dan berseru:
      "Tuhan, selama ini saya bercita-cita pengin nulis buku. Sekarang saya tahu apa yang harus saya tulis. Saya akan bikin buku untuk apa yang terjadi selama 12 hari ini. Kalau sampai dari buku itu saya dapat uang, nanti akan saya sumbangkan ke yayasan  TBC atau kanker."
       Saat duduk di lobi hotel dengan perasaan sangat senang, tiba-tiba lagu OST Candy-Candy mengagetkan saya, Lucia menelepon.
Rosi                 : "Lussssssss....."
Lucia             : "Rooooossss.....hiks.....hiksss....huaaaaaa. Gua ditelepon Delen (suami Lucia). Katanya lu ada broadcast kalo Bertrand nggak apa-apa. Hiks..hiks...aduh....lega bener gua dengernya."
Rosi                 : "Iya Lus...gua lega bener. Lu di mana koq nggak baca broadcast gua."
Lucia               : "Gua lagi nyetir. Ini di depan rumah lu. Jadi nggak bisa baca BBM."
Rosi                 : "Hah ? Di depan rumah gua ? Ada apaan?"
Lucia            : "Gua inget kita terakhir ke pasar hari Senin lalu. Kulkas lu pasti kosong. Gua bawa daging, sayuran, buah ama telor buat anak lu."
Rosi            : "Huaaaa...Luciaaaa...lu temen gua paling baik deh. Thanks ya. Besok gua pulang, nanti gua ke rumah lu ya, Lus."
            Saat di lobi itu, saya menerima BBM hampir dari seluruh contact. Saya pun sibuk membalas dengan ucapan terima kasih dan menceritakan awal gejala yang dialami Bertrand.
            Ponsel saya berbunyi lagi dan tertera nomer Singapore. O ya, ini pasti Mr. Simon yang memang sudah berjanji akan mengajak kami makan siang.
            Mr. Simon - warga Singapore adalah teman Papa. Mr. Simon sempat menelepon Papa pada waktu hari Kamis. Beliau mendengar kabar tentang Bertrand sakit. Mr. Simon sempat mengomel juga pada saya karena tidak menceritakan keadaan Bertrand padanya. Beliau kaget dan takut kalau Bertrand ada apa-apa.
            " Rozzziiii....why you didn't call me? I am so shock and afraid, you know. Mr. Henry didn't   tell me anything. Alva who told me about this. If something happened, please give me all document about Bertrand. I will find the best doctor in this country," katanya pada hari Kamis.
              Mr. Simon mengajak kami makan malam waktu itu, tetapi karena kami menunggu kedatangan Sonya, tawaran makan malam terpaksa kami tolak. Kami pun berjanji akan menemuinya untuk makan malam pada hari Senin.
            Hari ini kami habiskan dengan penuh suka cita. Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga selama 12 hari ini. Rasa takut, khawatir, sedih, beban berat hilang sudah. Saya belajar bahwa Tuhan pasti menjawab setiap doa umatNya, selama kita berserah, tersungkur di hadapan Tuhan, membuang segala kepahitan dan memaafkan sesama.


                                                                            Novena Chuch
                                            Kami mengikuti misa dan mengucapkan syukur atas mujizat dari Tuhan.
                                            Menangis di bawah salib Yesus dan patung Bunda Maria (9 April 2013)