Kamis, 27 Maret 2014

Samsungku sayang, Samsungku malang...



Kamis, 3 Oktober 2013


            Hari ini  Triannual Award 2013. Acara ini diadakan untuk memberi penghargaan pada kantor dan para marketing executive berprestasi. Kami pergi berlima      ( saya, Herry, Mey, Rieka, dan Ardhie ) dari kantor ke Thamrin Nine, tempat acara diselenggarakan.
            Setiba di Thamrin Nine Ballroom - UOB Plaza, acara sudah hampir dimulai, kami pun terburu-buru mengisi buku tamu. Saat baru saja selesai tanda-tangan, Rieka mengajak saya ke toilet.
“Ci, ke WC dulu, dong. Ntar di dalam lama, nggak enak keluar ruangan.” Begitu ajaknya. Walau aku sedang nggak kepingin pipis, aku tetap menemaninya.
Aku pun buru-buru menyambar  tas dan Samsung Tab. Tab saya ini sebenarnya bisa saja masuk tas. Tapi, berhubung hari ini tas saya berat, jadi saya putuskan untuk menentengnya saja.
            Sebenarnya dari meja pendaftaran ke toilet itu dekat. Hanya lurus kemudian belok kanan. Namun hari ini kami harus jalan berputar-putar untuk mencapai toilet. Itu dikarenakan ada bazar sehingga lobi yang luas disekat-sekat untuk stand jualan. Situasinya sangat ramai dan orang ramai berdesak-desakan.        
            Setiba kami di toilet, saya memutuskan untuk masuk ke dalam. By the way, pernah terpikirkan nggak sih, kalau keinginan untuk buang air kecil itu menular? Terutama untuk kaum wanita. Coba perhatikan, apabila ada satu orang mau ke toilet, pasti ada teman yang ikut menemani. 
            Di dalam toilet, saya menggantungkan tas dan menaruh Tab di atas tempat tisu berbentuk kotak yang agak lebar. Saat inilah saya dan Tab mulai berpisah.
            Acara sudah berlangsung kurang lebih setengah jam-an. Blackberry saya berbunyi terus menerus. Ternyata pesan dari klien yang menanyakan harga produk apartemen di Alam Sutra. Walau sudah saya jelaskan range harga dan berjanji akan mengirim e-mail nanti sore, namun beliau bersikeras minta die-mail saat ini juga. So, saya pun segera membuka tas dan mencari Tab untuk menulis e-mail.
            Tapi, lho...koq Tab-nya nggak ada? Saya mengorek isi tas, mencari di bawah bangku, menanyakan ke semua teman apakah saya menitipkan Tab itu, namun tetap hasilnya nihil.
            Ya ampun! Keringat dingin langsung mengucur. Saya baru menyadari bahwa saya menaruh Tab di atas kotak tisu di toilet. Alamak, sudah lewat setengah jam. Mana kerumunan orang semakin banyak.
            Rieka tidak sempat protes saat tangannya sata tarik supaya menemani saya ke toilet. Saat berjalan di sepanjang lorong, saya berdoa semoga Tab saya ditemukan oleh penjaga toilet. Di tengah-tengah serangan panik yang melanda, saya pun  sempat mengomel kesal pada Rieka, "coba tadi begitu masuk langsung duduk. Nggak usah ke WC segala, nggak gini deh kejadiannya !"
            "Yeee...situ yang salah, nyalahin orang laen. Wong cici juga ikutan pipis " protes Rieka. ( hehehe...maaf ya, Riek )
            Sayangnya, petugas toilet tidak menemukan Tab saya. Dia bahkan mengatakan bahwa saat masuk ke toilet, saya hanya membawa tas saja. Saya pun langsung berlari ke security untuk melaporkan kehilangan dan minta ijin untuk melihat CCTV. Namun ternyata tidak ada CCTV di lorong toilet ini.
            Saya pun sudah benar-benar pasrah. Orang begitu banyak. Ah, Tab saya pasti sudah diambil orang. Satu-satunya hal yang saya cemaskan dari hilangnya Tab adalah kesaksian 12 Hari Perjalanan Iman ini. Walaupun baru menginjak hari ketiga, tapi rasanya saya tidak sanggup mengetik ulang semuanya. Parahnya, saya tidak punya back up ketikan saya itu.
Sambil menangis, saya pun menelepon Bertrand.
Rosi             :" Tan...jangan marah ya " ( nada memelas )
Bertrand     : "Kenapa? Mobil nabrak lagi?" ( Saya memang sudah beberapa kali    menabrak, ditabrak,  menyerempet atau pun diserempet )
Rosi              : " Enggak koq, cuman mm..mm..Samsungnya hilang "
Bertrand     : "Koq bisa ? Pasti ketinggalan. Pasti nggak dimasukin tas. Dulu di         hotel Mulia-Bali juga pernah kayak gini. Ceroboh sih. " ( Untungnya Bertrand nggak marah dan nggak ngomel )
Rosi               : “ Ketinggalan di toilet cewek. Gimana dong ?"
Bertrand     : " Mau diapain lagi. Nangis juga nggak balik. Ya udah ati-ati ya, jangan ceroboh lagi."
Rosi               :"Iya. Kamu bantu ganti semua password ya. E-mail, facebook, Instagram, twitter semua tolong diganti. Takut disalah gunakan."
Bertrand       : " Okay, huni. "

Alhasil, di sepanjang sisa acara, saya tidak dapat berkonsentrasi. Saya terus berdoa supaya yang mengambil dibukakan hatinya. Moga-,moga dia mengembalikan Tab saya ke staf security atau ke meja pendaftaran. MC acara sudah mengumumkan kehilangan Samsung Tab saya sebanyak tiga kali dan meminta agar siapa pun yang menemukan agar mengembalikannya pada meja pendaftaran Thamrin Nine.
            Saya coba menelepon ke Tab saya dan terdengar nada sambung namun tidak ada yang mengangkat. Saya mencoba terus menerus namun tetap hasilnya nihil.
            Tidak patah arang, saya mencoba mengirim sms tiga kali.  Bunyinya seperti ini :
            
         Selamat siang, saya pemilik dari Samsung ini. Mohon dikembalikan Samsung ini. Saya sedang ada acara di Thamrin Nine. Terima kasih. Rosiana

            Selamat siang, mohon dikembalikan Samsung saya, karena saya sangat perlu untuk pekerjaan saya. Apabila dikembalikan akan diberikan imbalan dan tidak ada tuntutan apapun. Terima kasih. Rosiana

            Pak/Ibu, Samsung itu pemberian dari kantor saya untuk bekerja. Dijual pun tidak ada harganya. Apabila dikembalikan, saya akan beri dengan harga pasar bekas karena saya benar-benar perlu. Mohon pengertiannya. Terima kasih. Rosiana

            Namun telepon dan sms saya tidak ada yang merespon. Tapi sim card saya masih aktif. Rasanya sedih sekali dan dadaku terasa sesak.
Sesi pertama acara pun sudah berganti tanpa saya sadari. Sesi berikutnya adalah Merry Riana, pencetak 1 juta dollar ketika berusia 26 tahun. Ini sesi yang paling ditunggu seluruh peserta 2nd Triannual Award.
            Ketika Merry menceritakan kisah sedihnya, saat harus hidup super hemat di Singapore, kami semua  terdiam dan terpukau. Saya pun mencucurkan air mata. Teman dari kantor lain yang duduk di depan saya terkejut melihat saya menangis ketika menoleh ke belakang. Dia kira saya terharu mendengar kisah sengsara Merry ketika harus makan roti tawar di toilet, padahal yang sebenarnya, saya sedih harus berpisah dengan Tab.
            Di akhir acara, Merry menyuruh semua peserta berdiri mengangkat tangan dan dia berseru, ".......apabila sekarang kita bersedih, bersusah, sedang ada masalah, sedang ada kehilangan. Percayalah ada sesuatu yang besar dihadapan kita "
            Mey menyikut saya dan berkata, " tuh Ci, ada yang besar di hadapan kita katanya. Cici ganti aja Samsung-nya. Jangan yang gede kayak sekarang, yang kecil aja 7 atau 8", jadi gampang masuk tas "
            Saya pun menangis dan tertawa mendengarnya. Ada-ada aja si Mey, pikirku.
           Setiba di rumah, hatiku nelangsa banget melihatkeyboard tergeletak tak berdaya diatas meja. Nggak bisa dipake lagi. Mau dijual ya sayang, dibiarin jadi bikin bete. Jadi teringat pada Tab yang hilang.
         Bertrand berbaik hati meminjamkan Samsung Tab-nya pada saya. Segera kuisi segala macam e-brochure, foto-foto property, dan segala yang berhubungan dengan pekerjaan. Tapi saya nggak betah pakai Tab milik Bertrand. Tab-nya penuh dengan aplikasi games. Saya pun jadi harus sering berebut dengan anak-anak. Akhirnya pada hari Minggu malam,  saya putuskan untuk membeli Samsung Tab 3-7”.

 ...
Senin, 7 Oktober 2013
            Sobakasu nante..ki ni shinai wa..hana pecha datte datte datte, oko ni iri...Ringtone OST. Candy-Candy menjerit  dari ponsel. Siapa pula yang menelepon pada pukul setengah tujuh pagi? Nomernya tidak dikenal. Ah, siapa tau ada yang mau ngasih kangtaw, harap saya dalam hati.

Mas H               : " Pagi dengan ibu Rosiana? "
Rosi                  : " Ya, dengan siapa ini? "
Mas H               : " Ibu yang punya IPad ? "
Rosi                  : " IPad ? Samsung maksudnya ? Iya itu punya saya " ( deg..deg..deg..)
Mas H               : " Iya, Samsung. Ketinggalan di toilet ya? Istri saya yang nemu. Dia mau balikin tapi takut. Saya bisa ketemu Ibu dimana ? "
Rosi                 : " Puji Tuhan. Aduh, makasih banyak, Pak. Itu Samsung saya benar-benar saya perlukan. Rumah saya di daerah Jakarta Barat, kita bisa ketemu di mall Taman Anggrek atau Central Park. Gimana ?"
Mas H               : " Saya tinggal di Jatinegara. Nggak ngerti nge-mall, Bu "
Rosi                 : " Bapak ketemu suami saya saja ya? Dia kantornya di Klender. Dekat koq ke Jatinegara. Nah..ini orangnya ada, Bapak ngomong langsung aja ya sama suami saya "

            Mas H ternyata keberatan bertemu dengan Bertrand saja. Dia maunya memberi langsung pada saya. Saya juga ogah ketemu dia sendirian. Takut, ah. Akhirnya kami sepakat bertemu di Kopi Tiam - Taman Anggrek hari ini pukul 7 malam. Saya mewanti-wanti Bertrand supaya pulang cepat untuk menemani saya.
            Sepanjang hari ini saya seperti orang bingung dan terkagum-kagum. Saya bingung, kok bisa ya sudah empat hari hilang, sekarang tiba-tiba saja ada yang mengembalikan? Kenapa Ibu itu nggak ambil atau jual Tab saya saja ? File-file saya masih utuh nggak ya? Mereka kira-kira minta uang berapa ? Kalau ternyata nggak minta, berapa imbalan yang pantas bagi mereka?
            Saya sangat kagum atas kebaikan Tuhan. Tuhan benar-benar tahu saya sangat memerlukan isi Tab itu, terutama kisah kesaksian ini. Saya percaya ini tidak akan terjadi tanpa campur tangan Tuhan. Teman-teman dekat dan teman kantor juga takjub mendengarnya. Mereka tidak percaya. Mana mungkin barang sudah diambil empat hari lalu tiba-tiba dikembalikan? Beberapa teman meminta saya  waspada dan hati-hati akan kemungkinan penipuan, hipnotis, atau pemerasan.
            Pukul 7 malam, saya dan Bertrand sudah duduk di Kopi Tiam. Mas H juga sudah mengabarkan bahwa mereka sedang memarkirkan motor mereka. Tak lama kemudian mereka pun muncul. Mereka ternyata sepasang suami istri yang sangat sederhana. Dan mereka memperkenalkan diri sebagai Mas H dan Mbak D.
            Mas H bekerja di perusahaan distributor motor sedangkan Mbak D baru saja berhenti kerja di perusahaan penerbitan. Pada hari Kamis, Mbak D datang ke UOB Plaza untuk melihat temannya yang membuka stand pakaian anak. Mbak D sedang mempelajari bisnis retail pakaian.
            Kisah Mbak D adalah kebalikan dari kisah saya.  Pada hari Kamis, Mbak D masuk toilet tepat setelah saya keluar. Mbak D melihat Tab saya tergeletak di atas tempat tisu. Dia mengambilnya dan segera membawanya pergi.
Menurut pengakuannya, saat itu ada perasaan ingin memiliki tapi tidak tahu cara memakainya. Mbak D pun membawa Tab saya pulang dan memperlihatkannya pada anak sulungnya yang duduk di bangku SMA. Mbak D tidak menceritakan penemuan Tab ini pada suaminya karena takut. Mbak D sempat membaca SMS-SMS saya,  tapi keinginan memiliki Tab sangat kuat. Dia lantas membuang semua foto, video, download youtube, lagu-lagu, serta semua file yang ada.
            Ketika Mbak D mengembalikan Tab, rasanya seperti bertemu sahabat lama. Tab  saya peluk erat-erat lantas saya pun tak sabar memeriksa semua file. File  pertama yang kuperiksa adalah kisah kesaksian. Puji Tuhan masih utuh tanpa kurang sedikit pun, masih di perjalanan hari ketiga. Kutelusuri lagi file-file lain, ternyata memang sudah di hapus. Folder-folder masih ada, tapi isinya sudah kosong.
            Menurut pengakuan Mbak D, selain karena keinginan memiliki Tab begitu besar, alasan lain ia tak segera mengembalikan Tab saya adalah karena trauma. Dulu Mbak D sempat dua kali menemukan ponsel. Saat mengembalikan kepada pemiliknya, entah mengapa, malah dimarahi oleh yang punya. Dianggap pencuri. Dia pun kapok mengembalikan barang-barang temuannya.
            Sementara itu, Mas H semakin hari semakin aneh melihat kelakuan istrinya. Sejak Kamis itu menjadi murung, gelisah, dan suka menangis. Keadaan semakin parah saat Minggu malam, istrinya mengigau dan berteriak-teriak, "iya...maaf..akan saya kembalikan. Saya kembalikan."
            Pada hari Senin pagi, Mas H mengajak Mbak D berbicara dari hati ke hati. Mas H bertanya apakah Mbak D ada hutang pada orang lain, apakah ada yang dirahasiakan atau jangan-jangan selingkuh. Baru pada saat itulah Mbak D berkata jujur mengenai penemuan dan penyimpanan Tab milik saya selama ini. Ia berkata bahwa hatinya tidak tenang, seperti ada yang terus menerus memintanya mengembalikan. ( Saya percaya doa saya mengutus Roh Kudus untuk mengetuk hatinya ).
            Mas H tidak marah mendengar pengakuan Mbak D. Bahkan Mas H sempat menggodanya, "bener nih, Ma, mau dibalikin ? Sayang lho, kan bisa dipakai  buat nge-games, bisa dijual juga." Namun Mbak D menggeleng kuat-kuat, ia benar-benar bertekad untuk mengembalikan Tab saya. Namun karena Mbak D takut, ia pun meminta Mas H yang menelepon.
            Mendengar pengakuan mereka, saya dan Bertrand hanya bisa berpandangan dan terdiam. Merasa amazed. Benar kata teman-teman, ini kejadian langka. Orang jujur sudah sangat jarang di dunia ini. Mana ada orang yang mengambil barang dan kemudian bersedia mengembalikannya dan berterus terang? Ah, saya sangat menghargai niat tulus mereka.
            Mbak D juga meminta maaf karena telah menghapus semua file saya. Menurutnya masih masih bisa dicari di recycle bin. ( Oh Tuhan, dia tidak tahu bahwa tidak ada recycle bin di Tab). Saya tidak tahu apakah dia sempat membaca kisah ini atau tidak. Tapi Mbak D mengakui bahwa dari SMS-SMS saya, dia bisa melihat bahwa saya mempunyai tutur kata yang sopan. Oleh karenanya dia punya keyakinan bahwa saya tidak akan marah.
            Setelah bertukar cerita tentang Tab, kami pun menyantap hidangan dan mengobrol ringan. Perlahan-lahan rasa sedih dari mukanya memudar. Saat saya hendak memberikan imbalan seperti janji saya, Mbak D sempat menolak.
            "  Saya yang salah mbak Rosi, saya telah mengambil barang yang bukan punya saya, " kata Mbak D.
            "Saya juga salah, Mbak. Saya teledor. Di SMS saya sudah berjanji akan beri imbalan. Saya akan tepati janji saya. Mbak terima ya," jawabku
            Suami istri itu saling berpandangan dan Mbak D sambil menunduk malu menerima amplop pemberianku seraya mengucapkan terima kasih. Matanya berkaca-kaca. Kami pun berpelukan dan berpisah.
            Sepanjang perjalanan pulang, saya merasa telah mendapatkan satu pelajaran berharga
" Apabila kamu sudah berjanji pada Tuhan, dan Tuhan merasa itu baik adanya, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dan segenap hati. Tuhan pasti akan membantu dan memberi jalan karena kau sedang mengerjakan proyek Surga"
            Sejak Tab saya kembali, saya berjanji akan rajin menulis kisah ini dengan sungguh-sungguh. Keyboard dan headphone pun sudah bukan hiasan lagi.

 Keterangan gambar:
1. Saya dan Merry Riana
2. Samsung Tab tersayang

4 komentar:

  1. hai cici....sungguh luarbiasa ceritanya..nah daripada ilang lagi mending buat saya aja tab nya...hihihihihihih....

    BalasHapus
  2. terimakasih, sangat mengispirasi... bagian kalimat terakhir sangat menyentuh... "Proyek Surga"

    BalasHapus
  3. Soeli Santo : tabnya dipakai nulis blog. Samsung baru dijual pada adik saya
    Rika Purba : terima kasih Sis sudah membaca. Keep reading ya terutama hari 7-9. GBU

    BalasHapus
  4. Keren jg ya ini cici Rosi jadi penulis - Herry -

    BalasHapus