Kamis, 3 Oktober 2013
Hari
ini Triannual Award 2013. Acara ini diadakan untuk memberi penghargaan pada kantor
dan para marketing executive
berprestasi. Kami pergi berlima ( saya, Herry, Mey, Rieka, dan Ardhie ) dari
kantor ke Thamrin Nine, tempat acara diselenggarakan.
Setiba
di Thamrin Nine Ballroom - UOB Plaza, acara sudah hampir dimulai, kami pun
terburu-buru mengisi buku tamu. Saat baru saja selesai tanda-tangan, Rieka
mengajak saya ke toilet.
“Ci, ke
WC dulu, dong. Ntar di dalam lama, nggak enak keluar ruangan.” Begitu ajaknya.
Walau aku sedang nggak kepingin pipis, aku tetap menemaninya.
Aku pun buru-buru
menyambar tas dan Samsung Tab. Tab saya
ini sebenarnya bisa saja masuk tas. Tapi, berhubung hari ini tas saya berat, jadi saya putuskan untuk menentengnya saja.
Sebenarnya
dari meja pendaftaran ke toilet itu dekat. Hanya lurus kemudian belok kanan.
Namun hari ini kami harus jalan berputar-putar untuk mencapai toilet. Itu
dikarenakan ada bazar sehingga lobi yang luas disekat-sekat untuk
stand jualan. Situasinya sangat ramai dan orang ramai berdesak-desakan.
Setiba
kami di toilet, saya memutuskan untuk masuk ke dalam. By the way, pernah terpikirkan nggak sih, kalau keinginan untuk
buang air kecil itu menular? Terutama untuk kaum wanita. Coba perhatikan,
apabila ada satu orang mau ke toilet, pasti ada teman yang ikut menemani.
Di
dalam toilet, saya menggantungkan tas dan menaruh Tab di atas tempat tisu
berbentuk kotak yang agak lebar. Saat inilah saya dan Tab mulai berpisah.
Acara
sudah berlangsung kurang lebih setengah jam-an. Blackberry saya berbunyi terus menerus.
Ternyata pesan dari klien yang menanyakan harga produk apartemen di Alam Sutra.
Walau sudah saya jelaskan range harga
dan berjanji akan mengirim e-mail nanti sore, namun beliau bersikeras minta
die-mail saat ini juga. So, saya pun
segera membuka tas dan mencari Tab untuk menulis e-mail.
Tapi,
lho...koq Tab-nya nggak ada? Saya mengorek isi tas, mencari di bawah bangku,
menanyakan ke semua teman apakah saya menitipkan Tab itu, namun tetap hasilnya
nihil.
Ya
ampun! Keringat dingin langsung mengucur. Saya baru menyadari bahwa saya
menaruh Tab di atas kotak tisu di toilet. Alamak, sudah lewat setengah jam.
Mana kerumunan orang semakin banyak.
Rieka
tidak sempat protes saat tangannya sata tarik supaya menemani saya ke toilet. Saat
berjalan di sepanjang lorong, saya berdoa semoga Tab saya ditemukan oleh
penjaga toilet. Di tengah-tengah serangan panik yang melanda, saya pun sempat mengomel kesal pada Rieka, "coba tadi begitu masuk langsung duduk. Nggak
usah ke WC segala, nggak gini deh kejadiannya !"
"Yeee...situ yang salah, nyalahin orang laen.
Wong cici juga ikutan pipis " protes Rieka. ( hehehe...maaf ya, Riek )
Sayangnya,
petugas toilet tidak menemukan Tab saya. Dia bahkan mengatakan bahwa saat masuk
ke toilet, saya hanya membawa tas saja. Saya pun langsung berlari ke security untuk melaporkan kehilangan dan
minta ijin untuk melihat CCTV. Namun ternyata tidak ada CCTV di lorong toilet
ini.
Saya
pun sudah benar-benar pasrah. Orang begitu banyak. Ah, Tab saya pasti sudah
diambil orang. Satu-satunya hal yang saya cemaskan dari hilangnya Tab adalah
kesaksian 12 Hari Perjalanan Iman ini. Walaupun baru menginjak hari ketiga,
tapi rasanya saya tidak sanggup mengetik ulang semuanya. Parahnya, saya tidak
punya back up ketikan saya itu.
Sambil menangis,
saya pun menelepon Bertrand.
Rosi :"
Tan...jangan marah ya " ( nada memelas )
Bertrand : "Kenapa? Mobil nabrak lagi?" ( Saya memang sudah beberapa kali menabrak, ditabrak, menyerempet atau pun diserempet )
Rosi : " Enggak koq, cuman mm..mm..Samsungnya hilang "
Bertrand : "Koq bisa ? Pasti ketinggalan. Pasti nggak dimasukin tas. Dulu di hotel Mulia-Bali juga pernah kayak gini. Ceroboh sih. " ( Untungnya Bertrand nggak marah dan nggak ngomel )
Rosi : “ Ketinggalan di toilet cewek. Gimana dong ?"
Bertrand : " Mau diapain lagi. Nangis juga nggak balik. Ya udah ati-ati ya, jangan ceroboh lagi."
Rosi :"Iya. Kamu bantu ganti semua password ya. E-mail, facebook, Instagram, twitter semua tolong diganti. Takut disalah gunakan."
Bertrand : " Okay, huni. "
Bertrand : "Kenapa? Mobil nabrak lagi?" ( Saya memang sudah beberapa kali menabrak, ditabrak, menyerempet atau pun diserempet )
Rosi : " Enggak koq, cuman mm..mm..Samsungnya hilang "
Bertrand : "Koq bisa ? Pasti ketinggalan. Pasti nggak dimasukin tas. Dulu di hotel Mulia-Bali juga pernah kayak gini. Ceroboh sih. " ( Untungnya Bertrand nggak marah dan nggak ngomel )
Rosi : “ Ketinggalan di toilet cewek. Gimana dong ?"
Bertrand : " Mau diapain lagi. Nangis juga nggak balik. Ya udah ati-ati ya, jangan ceroboh lagi."
Rosi :"Iya. Kamu bantu ganti semua password ya. E-mail, facebook, Instagram, twitter semua tolong diganti. Takut disalah gunakan."
Bertrand : " Okay, huni. "
Alhasil,
di sepanjang sisa acara, saya tidak dapat berkonsentrasi. Saya terus berdoa
supaya yang mengambil dibukakan hatinya. Moga-,moga dia mengembalikan Tab saya ke
staf security atau ke meja
pendaftaran. MC acara sudah mengumumkan kehilangan Samsung Tab saya sebanyak
tiga kali dan meminta agar siapa pun yang menemukan agar mengembalikannya pada
meja pendaftaran Thamrin Nine.
Saya
coba menelepon ke Tab saya dan terdengar nada sambung namun tidak ada yang
mengangkat. Saya mencoba terus menerus namun tetap hasilnya nihil.
Tidak
patah arang, saya mencoba mengirim sms tiga kali. Bunyinya seperti ini :
Selamat
siang, saya pemilik dari Samsung ini. Mohon dikembalikan Samsung ini. Saya
sedang ada acara di Thamrin Nine. Terima kasih. Rosiana
Selamat
siang, mohon dikembalikan Samsung saya, karena saya sangat perlu untuk pekerjaan
saya. Apabila dikembalikan akan diberikan imbalan dan tidak ada tuntutan
apapun. Terima kasih. Rosiana
Pak/Ibu,
Samsung itu pemberian dari kantor saya untuk bekerja. Dijual pun tidak ada
harganya. Apabila dikembalikan, saya akan beri dengan harga pasar bekas karena
saya benar-benar perlu. Mohon pengertiannya. Terima kasih. Rosiana
Namun
telepon dan sms saya tidak ada yang merespon. Tapi sim card saya masih aktif. Rasanya sedih sekali dan dadaku terasa
sesak.
Sesi pertama
acara pun sudah berganti tanpa saya sadari. Sesi berikutnya adalah Merry Riana,
pencetak 1 juta dollar ketika berusia 26 tahun. Ini sesi yang paling ditunggu
seluruh peserta 2nd
Triannual Award.
Ketika
Merry menceritakan kisah sedihnya, saat harus hidup super hemat di Singapore, kami semua terdiam dan
terpukau. Saya pun mencucurkan air mata. Teman dari kantor lain yang duduk di
depan saya terkejut melihat saya menangis ketika menoleh ke belakang. Dia kira saya terharu mendengar
kisah sengsara Merry ketika harus makan roti tawar di toilet, padahal yang
sebenarnya, saya sedih harus berpisah dengan Tab.
Di
akhir acara, Merry menyuruh semua peserta berdiri mengangkat tangan dan dia
berseru, ".......apabila sekarang
kita bersedih, bersusah, sedang ada masalah, sedang ada kehilangan. Percayalah
ada sesuatu yang besar dihadapan kita "
Mey
menyikut saya dan berkata, " tuh
Ci, ada yang besar di hadapan kita katanya. Cici ganti aja Samsung-nya. Jangan yang gede kayak sekarang, yang kecil
aja 7 atau 8", jadi gampang masuk tas "
Saya
pun menangis dan tertawa mendengarnya. Ada-ada
aja si Mey, pikirku.
Setiba
di
rumah, hatiku nelangsa banget melihatkeyboard tergeletak tak berdaya
diatas meja. Nggak bisa dipake lagi. Mau dijual ya sayang, dibiarin jadi
bikin bete. Jadi teringat pada Tab yang hilang.
Bertrand berbaik hati meminjamkan Samsung Tab-nya pada saya. Segera kuisi segala macam e-brochure, foto-foto property, dan segala yang berhubungan dengan pekerjaan. Tapi saya nggak betah pakai Tab milik Bertrand. Tab-nya penuh dengan aplikasi games. Saya pun jadi harus sering berebut dengan anak-anak. Akhirnya pada hari Minggu malam, saya putuskan untuk membeli Samsung Tab 3-7”.
Bertrand berbaik hati meminjamkan Samsung Tab-nya pada saya. Segera kuisi segala macam e-brochure, foto-foto property, dan segala yang berhubungan dengan pekerjaan. Tapi saya nggak betah pakai Tab milik Bertrand. Tab-nya penuh dengan aplikasi games. Saya pun jadi harus sering berebut dengan anak-anak. Akhirnya pada hari Minggu malam, saya putuskan untuk membeli Samsung Tab 3-7”.
...
Senin, 7 Oktober 2013
Senin, 7 Oktober 2013
Sobakasu nante..ki ni shinai wa..hana pecha
datte datte datte, oko ni iri...Ringtone
OST. Candy-Candy menjerit dari ponsel.
Siapa pula yang menelepon pada pukul setengah tujuh pagi? Nomernya tidak
dikenal. Ah, siapa tau ada yang mau
ngasih kangtaw, harap saya dalam hati.
Mas
H : " Pagi dengan ibu Rosiana?
"
Rosi : " Ya, dengan siapa ini?
"
Mas
H : " Ibu yang punya IPad ?
"
Rosi : " IPad ? Samsung
maksudnya ? Iya itu punya saya " ( deg..deg..deg..)
Mas
H :
" Iya, Samsung. Ketinggalan di toilet ya? Istri saya yang nemu. Dia mau
balikin tapi takut. Saya bisa ketemu Ibu dimana ? "
Rosi : " Puji Tuhan. Aduh,
makasih banyak, Pak. Itu Samsung saya benar-benar saya perlukan. Rumah saya di
daerah Jakarta Barat, kita bisa ketemu di mall Taman Anggrek atau Central Park.
Gimana ?"
Mas
H : " Saya tinggal di
Jatinegara. Nggak ngerti nge-mall, Bu
"
Rosi : " Bapak ketemu suami
saya saja ya? Dia kantornya di Klender. Dekat koq ke Jatinegara. Nah..ini
orangnya ada, Bapak ngomong langsung aja ya sama suami saya "
Mas
H ternyata keberatan bertemu dengan Bertrand saja. Dia maunya memberi langsung
pada saya. Saya juga ogah ketemu dia sendirian. Takut, ah. Akhirnya kami
sepakat bertemu di Kopi Tiam - Taman Anggrek hari ini pukul 7 malam. Saya mewanti-wanti
Bertrand supaya pulang cepat untuk menemani saya.
Sepanjang
hari ini saya seperti orang bingung dan terkagum-kagum. Saya bingung, kok bisa
ya sudah empat hari hilang, sekarang tiba-tiba saja ada yang mengembalikan?
Kenapa Ibu itu nggak ambil atau jual Tab saya saja ? File-file saya masih utuh nggak ya? Mereka kira-kira minta uang
berapa ? Kalau ternyata nggak minta, berapa imbalan yang pantas bagi mereka?
Saya
sangat kagum atas kebaikan Tuhan. Tuhan benar-benar tahu saya sangat memerlukan
isi Tab itu, terutama kisah kesaksian ini. Saya percaya ini tidak akan terjadi
tanpa campur tangan Tuhan. Teman-teman dekat dan teman kantor juga takjub
mendengarnya. Mereka tidak percaya. Mana mungkin barang sudah diambil empat hari
lalu tiba-tiba dikembalikan? Beberapa teman meminta saya waspada dan hati-hati akan kemungkinan
penipuan, hipnotis, atau pemerasan.
Pukul
7 malam, saya dan Bertrand sudah duduk di Kopi Tiam. Mas H juga sudah mengabarkan
bahwa mereka sedang memarkirkan motor mereka. Tak lama kemudian mereka pun muncul.
Mereka ternyata sepasang suami istri yang sangat sederhana. Dan mereka memperkenalkan
diri sebagai Mas H dan Mbak D.
Mas
H bekerja di perusahaan distributor motor sedangkan Mbak D baru saja berhenti
kerja di perusahaan penerbitan. Pada hari Kamis, Mbak D datang ke UOB Plaza
untuk melihat temannya yang membuka stand pakaian anak. Mbak D sedang mempelajari
bisnis retail pakaian.
Kisah
Mbak D adalah kebalikan dari kisah saya. Pada hari Kamis, Mbak D masuk toilet tepat
setelah saya keluar. Mbak D melihat Tab saya tergeletak di atas tempat tisu.
Dia mengambilnya dan segera membawanya pergi.
Menurut
pengakuannya, saat itu ada perasaan ingin memiliki tapi tidak tahu cara
memakainya. Mbak D pun membawa Tab saya pulang dan memperlihatkannya pada anak
sulungnya yang duduk di bangku SMA. Mbak D tidak menceritakan penemuan Tab ini
pada suaminya karena takut. Mbak D sempat membaca SMS-SMS saya, tapi keinginan memiliki Tab sangat kuat. Dia lantas
membuang semua foto, video, download
youtube, lagu-lagu, serta semua file
yang ada.
Ketika
Mbak D mengembalikan Tab, rasanya seperti bertemu sahabat lama. Tab saya peluk
erat-erat lantas saya pun tak sabar memeriksa semua file. File pertama yang kuperiksa adalah kisah kesaksian.
Puji Tuhan masih utuh tanpa kurang sedikit pun, masih di perjalanan hari ketiga.
Kutelusuri lagi file-file lain,
ternyata memang sudah di hapus. Folder-folder
masih ada, tapi isinya sudah kosong.
Menurut
pengakuan Mbak D, selain karena keinginan memiliki Tab begitu besar, alasan
lain ia tak segera mengembalikan Tab saya adalah karena trauma. Dulu Mbak D
sempat dua kali menemukan ponsel. Saat mengembalikan kepada pemiliknya, entah
mengapa, malah dimarahi oleh yang punya. Dianggap pencuri. Dia pun kapok
mengembalikan barang-barang temuannya.
Sementara
itu, Mas H semakin hari semakin aneh melihat kelakuan istrinya. Sejak Kamis itu
menjadi murung, gelisah, dan suka menangis. Keadaan semakin parah saat Minggu
malam, istrinya mengigau dan berteriak-teriak, "iya...maaf..akan saya
kembalikan. Saya kembalikan."
Pada
hari Senin pagi, Mas H mengajak Mbak D berbicara dari hati ke hati. Mas H
bertanya apakah Mbak D ada hutang pada orang lain, apakah ada yang dirahasiakan
atau jangan-jangan selingkuh. Baru pada saat itulah Mbak D berkata jujur mengenai
penemuan dan penyimpanan Tab milik saya selama ini. Ia berkata bahwa hatinya tidak
tenang, seperti ada yang terus menerus memintanya mengembalikan. ( Saya percaya doa saya mengutus Roh Kudus
untuk mengetuk hatinya ).
Mas
H tidak marah mendengar pengakuan Mbak D. Bahkan Mas H sempat menggodanya,
"bener nih, Ma, mau dibalikin ? Sayang lho, kan bisa dipakai buat nge-games,
bisa dijual juga." Namun Mbak D menggeleng kuat-kuat, ia benar-benar
bertekad untuk mengembalikan Tab saya. Namun karena Mbak D takut, ia pun
meminta Mas H yang menelepon.
Mendengar
pengakuan mereka, saya dan Bertrand hanya bisa berpandangan dan terdiam. Merasa
amazed. Benar kata teman-teman, ini
kejadian langka. Orang jujur sudah sangat jarang di dunia ini. Mana ada orang
yang mengambil barang dan kemudian bersedia mengembalikannya dan berterus
terang? Ah, saya sangat menghargai niat tulus mereka.
Mbak
D juga meminta maaf karena telah menghapus semua file saya. Menurutnya masih masih bisa dicari di recycle bin. ( Oh Tuhan, dia tidak tahu
bahwa tidak ada recycle bin di Tab).
Saya tidak tahu apakah dia sempat membaca kisah ini atau tidak. Tapi Mbak D mengakui
bahwa dari SMS-SMS saya, dia bisa melihat bahwa saya mempunyai tutur kata yang
sopan. Oleh karenanya dia punya keyakinan bahwa saya tidak akan marah.
Setelah
bertukar cerita tentang Tab, kami pun menyantap hidangan dan mengobrol ringan.
Perlahan-lahan rasa sedih dari mukanya memudar. Saat saya hendak memberikan
imbalan seperti janji saya, Mbak D sempat menolak.
" Saya yang salah mbak Rosi, saya
telah mengambil barang yang bukan punya saya, " kata Mbak D.
"Saya
juga salah, Mbak. Saya teledor. Di SMS saya sudah berjanji akan beri imbalan.
Saya akan tepati janji saya. Mbak terima ya," jawabku
Suami
istri itu saling berpandangan dan Mbak D sambil menunduk malu menerima amplop
pemberianku seraya mengucapkan terima kasih. Matanya berkaca-kaca. Kami pun
berpelukan dan berpisah.
Sepanjang
perjalanan pulang, saya merasa telah mendapatkan satu pelajaran berharga
"
Apabila kamu sudah berjanji pada Tuhan, dan Tuhan merasa itu baik adanya, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh dan segenap hati. Tuhan pasti akan membantu dan memberi
jalan karena kau sedang mengerjakan proyek Surga"
hai cici....sungguh luarbiasa ceritanya..nah daripada ilang lagi mending buat saya aja tab nya...hihihihihihih....
BalasHapusterimakasih, sangat mengispirasi... bagian kalimat terakhir sangat menyentuh... "Proyek Surga"
BalasHapusSoeli Santo : tabnya dipakai nulis blog. Samsung baru dijual pada adik saya
BalasHapusRika Purba : terima kasih Sis sudah membaca. Keep reading ya terutama hari 7-9. GBU
Keren jg ya ini cici Rosi jadi penulis - Herry -
BalasHapus