Jumat, 28 Maret 2014

HARI 1 : 28 Maret 2013



       Hari ini saya terbangun dengan tekad kuat. Tekad tidak mau masuk kantor karena badan ngilu semua, sepertinya gejala flu. Saya mau istirahat sepanjang hari ini sebelum sore nanti ikut misa Kamis Putih. Untungnya waktu kerja saya fleksibel. Nggak ngantor juga nggak masalah. Saya masih bisa menghubungi klien-klien melalui telepon atau email. Jadinya, sepanjang siang saya lalui hanya tidur-tiduran di kamar sambil men-follow up klien, main internet, nonton TV, dan tertidur lelap sehabis minum obat flu.
            Sekitar pukul tiga sore saya terbangun karena ponsel CDMA saya berbunyi. Wah, rupanya saya men-silent mode BB namun melupakan ponsel CDMA saya.  Aming - partner kerja saya menelepon untuk membicarakan urusan kantor. Selama kami mengobrol, saya lihat lampu merah di BB berkedap-kedip. Ternyata ada incoming call dari kantor. Akhirnya saya sudahi percakapan dengan Aming dan menerima panggilan itu.
            Ternyata Mey yang menelepon. Dia mendapat kabar dari kantor notaris bahwa ada proses jual beli dan akad kredit pada pukul tiga sore ini. Padahal perjanjian akad kredit seharusnya hari Senin, 1 April 2013. Menurut orang dari kantor notaris, pembeli ngotot datang untuk akad kredit hari ini juga karena hari Senin, pembeli mau keluar kota.  Pihak notaris meminta pihak penjual dan wakil dari kantor kami segera datang.
            Singkat kata, kami tergopoh-gopoh menghubungi penjual untuk datang ke kantor notaris di daerah Meruya. Saya segera ganti baju ( untung sudah mandi ), menjemput Mey di kantor, kemudian berangkat bersama-sama ke kantor notaris. Waktu itu sudah menunjukkan hampir pukul empat sore dan kantor notaris menyanggupi untuk menunggu pihak penjual dan kami untuk hadir.
            Sayangnya, mungkin karena besoknya long weekend, di mana-mana macet sekali. Kami masih terjebak di jalan Lapangan Bola ( sekitar jalan Panjang ) sampai sekitar pukul setengah enam sore. Hingga akhirnya Pihak Pemilik menelepon untuk memberitahu bahwa transaksi sudah selesai. Kami tidak usah menyusul ke sana karena mereka semua sudah hendak pulang. Perasaan tidak enak melanda saya dan Mey. Rasanya pekerjaan kami belum tuntas walapun hal ini terjadi karena jadwal yang tiba-tiba berubah. Akhirnya  saya putar arah menuju Apt. Medit untuk mengantar Mey  pulang.
            Hari sudah gelap setibanya di Apartemen. Pusing dan lemas pun makin terasa. Saya pun memarkirkan mobil dan turun untuk makan supaya ada tenaga. Seusai makan, Mey bertanya, Ci, mau misa Kamis Putih tidak? Ada lho di dekat kolam renang tower Kenanga. Misa jam setengah delapan."
             “Nggak deh...nggak sanggup. Keleyengan nih, " jawabku. 
           Mei berkata, " Ok deh, saya ke tower K dulu ya, Ci. Suami saya udah nunggu disana.". Saya pun mengiyakan dan kami saling ber-bye-bye ria.
            Saya berjalan ke arah parkir mobil di basement sambil komat-kamit dalam hati,  Tuhan, saya lemes nih...capek pula, macet tadi di jalan. Saya nggak mau misa Kamis Putih ah... Nggak apa, ya? Acaranya masih sama kan kayak tahun-tahun lalu. Tapi kalau Tuhan kira-kira maunya saya misa, biarlah kaki saya belok ke tower K.     
            Eh, tiba-tiba saja kaki saya seperti ada yang membelokan arah kiri. Posisi saya memang tepat berada di persimpangan. Arah ke kanan menuju basement parkir sedangkan arah ke kiri menuju ke Apt. Medit 2 tempat tower K berada. Oh, Tuhan maunya saya hadir. Baiklah, Bos, terjadilah menurut kehendakMu.
            Di tempat misa sudah berkumpul banyak orang. Udara panas sekali, sehingga buku misa kupakai untuk kipas-kipas agar sedikit ada angin sejuk. AC yang ada tidak sebanding dengan jumlah umat yang datang. Untung sekali di lift lobi bertemu dengan Mey dan suaminya, sehingga saya punya teman. Lumayanlah, daripada bengong sendirian menunggu misa dimulai.
            Sambil menunggu misa, saya pun ber-BBM ria dengan Bertrand. Dia tidak bisa ikut misa karena badannya meriang. Ia mengeluh matanya terasa pedas. Ia sebenarnya sudah mulai batuk sejak kurang lebih tiga minggu yang lalu dan tidak kunjung sembuh. Bertrand juga berkata bahwa dia langsung menuju RS Puri Indah dari kantor dan sekarang sedang menunggu dokter. Di tengah misa,  Bertrand menulis pesan BBM bahwa dia harus menjalani test darah. Saya bilang okay, semoga hasilnya semua bagus dan saya akan pulang sebelum pukul sebelas malam seusai misa. ( Btw, saya nggak pernah pegang BB selama misa kecuali sekarang. Ini force major namanya. Bertrand lagi di dokter dan sebagai istri yang baik, saya harus memantau kesehatannya )
            Dalam perjalanan pulang, saya telepon Bertrand untuk menanyakan hasil laboratorium. Namun Bertrand bilang dia sudah di rumah dan nggak mau menunggu hasil test yang baru akan keluar pukul sebelas. Ia memutuskan untuk menunggu kabar dari dokter saja. Dokter sudah berjanji akan menelepon bila ada sesuatu yang buruk. Dan kini, Bertrand hanya diberi obat batuk pilek dan penurun demam.
            Karena penasaran, saya menelepon laboratorium RS Puri Indah untuk menanyakan hasil lab Bertrand. Menurut orang laboratorium, hasilnya tidak ada yang buruk. Hb (haemoglobin) saja yang lebih rendah dari rujukan (hasil Bertrand 12 sedangkan nilai rujukan 14). Ah, saya pun merasa lega karena menurut saya selisihnya tidak begitu jauh dan tidak ada yang harus dikhawatirkan.
            Setibanya di rumah,  Bertrand sudah bersiap-siap mau tidur. Saya pun segera mandi, cuci muka, gosok gigi, pakai piama, minum obat flu, dan menyusulnya tidur. 





Keterangan gambar:
1. Jalan tembus Apartemen Mediterania Garden Residences 1 dan 2. 
2. Rosi dan Mey
3. Salib Suci - Kamis Putih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar