Selesai makan pagi, kami sekeluarga memutuskan untuk bersantai di rumah dan menonton DVD kegemaran anak-anak. Kami memang tidak ingin keluar rumah karena kondisi Bertrand yang kurang sehat. Jadi rencana kami hanya misa Jumat Agung pukul tiga sore dan mengunjungi rumah mertua untuk santap malam sekalian merayakan ulang tahun saya. Ya, hari ini saya berulang tahun yang ke tiga puluh tujuh tahun.
Sekitar waktu makan siang, saya turun ke lantai bawah untuk membawa Pinky - anjing kesayangan keluarga kami, ke taman untuk buang air kecil. Selagi saya di taman, ternyata Bertrand pun turun ke lantai bawah untuk makan. Begitu saya masuk ke kamar tamu, saya lihat Bertrand jalan sempoyongan dan duduk di sofa. Mukanya sepucat kapas dengan keringat dingin terlihat membasahi muka dan kausnya.
Saya panik dan takut setengah mati. Apalagi ketika matanya terbelalak dengan bola mata yang menghilang di balik kelopak matanya. Mulutnya kaku dan bicaranya terbata-bata.
Ya ampun! Saya takutnya minta ampun. Apa Bertrand terkena heart attack? Atau ini gejala stroke? Ya, Tuhan, tolong, jangan sampai sesuatu yang buruk menimpa Bertrand! Saya menepuk-nepuk pipinya dan menanyakan keadaannya. Jawab Bertrand, "Nggak apa-apa, cuman pusing aja koq. Kayaknya semua putih."
Pembantu segera memberikan air hangat pada Bertrand dan saya segera berlari naik ke kamar yang terletak di lantai 2 sambil berseru, " Ok, sekarang juga ke rumah sakit deh." Sambil tergesa-gesa ganti pakaian, saya menghubungi Mama. Saya ceritakan semuanya pada beliau dan memberitahukan bahwa kami akan segera menuju rumah sakit.
Selesai ganti baju, saya balik lari lagi ke lantai dasar. Namun ternyata Bertrand menolak diajak ke rumah sakit. Ia mengatakan keadaannya sudah baik-baik saja dan dia mau makan saja. Sia-sia saya membujuknya, Bertrand tetap bersikeras menolak. Akhirnya saya mengalah. Saya pikir setelah makan siang mungkin badan Bertrand lebih kuat dan bertenaga.
Saat kami tengah menyantap makan siang, Mama datang membawa pengukur tensi darah. Saat Mama mengukur tensi Bertrand, jemari Bertrand saling bertautan dan kaku kembali. Wajahnya pias dan berkeringat dingin. Badannya pun limbung. Kami semua jelas luar biasa panik. Kami pun memutuskan untuk membawa Bertrand ke rumah sakit terdekat - RS Grha Kedoya.
Begitu tiba di IGD RS Grha Kedoya, perawat segera mengukur tensi darah dan suhu badan Bertrand. Saat itu tensi darah Bertrand 90/60 dan suhu badannya 37.8. Menurut dr. Rokanita - dokter jaga saat itu, Bertrand limbung mungkin karena tensi yang rendah. Jadi Bertrand harus diinfus supaya tekanan darah stabil. Setelah beberapa saat diinfus, keadaan Bertrand pun semakin baik. Mukanya tidak pucat lagi dan tekanan darah sudah mencapai 110/80. Sambil menunggu Bertrand diinfus, Ko Alva berbaik hati pergi ke RS Puri Indah untuk mengambil hasil tes darah. Hasil test pun kami perlihatkan pada dokter Rokanita. Dokter menyatakan tidak ada sesuatu yang mencurigakan dari test darah tersebut hanya Hb saja yang dibawah normal.
Menurut dokter, Hb rendah bisa disebabkan karena adanya pendarahan atau infeksi di dalam tubuh. Dokter pun bercanda pada mertua saya, "Kalau dilihat dari badan Tante sih nggak mungkin anaknya tekanan darah rendah karena kurang gizi toh."
Saya pun berpikir demikian. Menu makanan di rumah selalu komplit dengan menu gizi seimbang. 4 sehat 5 sempurna deh pokoknya. Bertrand pun termasuk orang yang sangat menjaga makanan. Ia sebisa mungkin menghindari makanan yang berlemak atau digoreng. Karena itu, saya berasumsi bahwa mungkin gejala yang dialami Bertrand disebabkan oleh IBS ( Irritable Bowl Syndrom / radang usus besar ) yang pernah diderita Bertrand tahun lalu.
Setelah urusan administrasi rumah sakit beres, kami pun pulang ke rumah mertua. Rumah mertua saya dekat dengan RS Grha Kedoya. Kami santai-santai nonton TV sambil ngobrol dan makan makanan ringan. Menjelang malam, kami diantar Ko Alva pulang ke rumah.
Malam harinya, Mertua datang kembali ke rumah kami untuk melihat keadaan Bertrand. Saat itu kondisi Bertrand baik-baik saja selain demam ringan. Papa sempat menghubungi sepupu kami di Surabaya untuk mencari informasi mengenai demam berdarah. Rupanya Papa curiga Bertrand terkena demam berdarah. Namun gejala DBD adalah demam tinggi dan jumlah trombosit yang rendah, tidak cocok dengan gejala yang dialami Bertrand. Kami pun semakin penasaran pada penyakit Bertrand. Selama ini Bertrand jarang sekali sakit. Kalau pun sakit hanya sebatas radang tenggorokan atau radang usus.
Tak lama kemudian, Ko Alva beserta istri dan anak-anaknya datang menjenguk. Mereka membawakan kue ulang tahun buat saya tapi saya sudah tidak mood. Saya bilang pada mereka, kuenya akan saya bawa besok saja ke rumah mertua. Tiup lilinnya besok saja. Tidak masalah.
Malam itu saya tidak bisa tidur tenang. Sebentar-sebentar terbangun untuk meraba dahi Bertrand dan memastikan demamnya tidak tinggi lagi. Sementara itu Bertrand tidur lumayan tenang walau kadang-kadang terdengar gumamam dari tenggorokannya. Saya pikir mungkin karena dia kecapekan dan sedang tidak sehat. Semoga besok Bertrand sudah sehat dan segar. Saya tertidur antara pukul 2 dan 3 pagi karena sempat terdengar hansip memukul tiang listrik sebanyak dua kali. Sehabis itu saya tidak ingat lagi...apa saya tertidur atau hansip yang ketiduran sehingga lupa mukul tiang pada pukul 3 pagi. Zzzzzz....
Keterangan gambar
Birthday cake dari suprise party ulang tahun Bertrand 2014 dari teman-teman SMA Bunda Hati Kudus angkatan 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar